Aturan Baru Singapura Batasi Gawai Pelajar Mulai 2026

Kamis, 04 Desember 2025 | 10:42:16 WIB
Aturan Baru Singapura Batasi Gawai Pelajar Mulai 2026

JAKARTA - Wacana pembatasan gawai di sekolah kini kembali menjadi sorotan global, dan Singapura termasuk negara yang mengambil langkah tegas. 

Mulai Januari 2026, pemerintah resmi memperluas aturan yang tidak hanya membatasi penggunaan perangkat digital di kelas, tetapi mencakup seluruh waktu sekolah. Kebijakan ini mencerminkan kekhawatiran dunia pendidikan terhadap meningkatnya gangguan digital yang memengaruhi fokus belajar siswa.

Kementerian Pendidikan (MOE) Singapura menyampaikan bahwa perubahan aturan tersebut merupakan bagian dari gerakan internasional yang berusaha menekan ketergantungan anak terhadap ponsel dan layar. 

Banyak negara sudah mengukur dampak negatif penggunaan gawai berlebih, sehingga regulasi pun semakin diperketat demi mendukung proses belajar yang lebih optimal.

Larangan Ponsel Berlaku Sepanjang Hari Sekolah

Jika sebelumnya siswa hanya dilarang memakai ponsel saat pelajaran berlangsung, mulai tahun depan kebijakan itu akan mencakup seluruh jam sekolah. MOE menegaskan bahwa siswa wajib menyimpan ponsel pintar dan jam tangan pintar di loker atau tas khusus sejak mereka tiba hingga pulang.

Aturan ini bertujuan menghilangkan sumber gangguan digital yang kerap menyita perhatian siswa. Mengingat banyaknya konten hiburan, permainan, serta akses media sosial yang mudah ditemukan di ponsel, kebijakan ini diharapkan menciptakan suasana belajar yang lebih fokus dan terarah.

Dalam pernyataannya yang dikutip AFP, Rabu, MOE mengatakan, “Kami ingin menciptakan lingkungan sekolah yang memprioritaskan pembelajaran dan meningkatkan keterlibatan siswa, sekaligus mendorong kebiasaan penggunaan layar yang lebih sehat.”

Pihak kementerian juga menekankan bahwa penggunaan layar secara berlebihan “telah terbukti menggantikan aktivitas penting seperti tidur, olahraga, serta interaksi sosial dengan keluarga dan teman”. Meski begitu, sekolah tetap dapat memberikan pengecualian penggunaan gawai jika ada keperluan tertentu yang dianggap perlu.

Kekhawatiran Global atas Dampak Layar Berlebih

Kebijakan Singapura bukanlah langkah yang berdiri sendiri. UNESCO mencatat bahwa sekitar 40% negara di dunia telah melarang penggunaan ponsel pintar di sekolah. 

Angka tersebut menunjukkan meningkatnya kesadaran global akan masalah yang sama: gawai tidak hanya mengganggu fokus belajar, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental anak.

Australia bahkan mengambil langkah yang lebih jauh dengan menerapkan kebijakan ketat terkait akses digital. Pada pekan depan, negara tersebut akan menjadi yang pertama melarang akses media sosial bagi anak di bawah usia 16 tahun. 

Kebijakan ini menyasar kekhawatiran mengenai paparan konten berbahaya dan risiko kecanduan media sosial pada usia remaja.

Di situs resminya, UNESCO juga menyoroti bagaimana beberapa negara menerapkan aturan yang lebih spesifik. Salah satu contohnya adalah Zhengzhou, China, yang mewajibkan orang tua memberikan persetujuan tertulis untuk memastikan bahwa ponsel benar-benar dibutuhkan dengan alasan pedagogis. 

Regulasi ini menggambarkan tingginya perhatian pemerintah terhadap dampak gawai pada proses belajar siswa.

Alasan Pendidikan Menjadi Prioritas Utama

Penguatan aturan terkait penggunaan gawai umumnya berangkat dari kesadaran bahwa kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh lingkungan. MOE menilai bahwa ponsel sering kali mengalihkan perhatian siswa dari materi, diskusi, maupun aktivitas kelas. 

Dengan menghilangkan perangkat tersebut, diharapkan siswa dapat meningkatkan interaksi langsung, baik dengan guru maupun sesama teman.

Kebiasaan penggunaan layar yang tidak terkendali juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Banyak siswa menghabiskan waktu berjam-jam dengan ponsel hingga larut malam, sehingga waktu tidur pun terganggu. Penggunaan ponsel secara intens juga dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik dan berkurangnya interaksi sosial di luar dunia digital.

Dari sudut pandang pendidikan, kondisi ini dianggap dapat menurunkan kualitas kesejahteraan siswa secara keseluruhan. Maka tidak heran jika negara-negara mulai memprioritaskan pembatasan gawai sebagai langkah preventif.

Menuju Rutinitas Belajar yang Lebih Seimbang

Kebijakan baru Singapura pada dasarnya tidak hanya ditujukan untuk menekan penggunaan ponsel, tetapi juga untuk membangun kebiasaan yang lebih seimbang bagi siswa. Aktivitas seperti tidur cukup, olahraga teratur, dan interaksi tatap muka dinilai lebih penting untuk perkembangan anak dibandingkan waktu layar yang berlebihan.

Di sisi lain, larangan ini bukan berarti sekolah mematikan semua akses digital. Pengecualian masih mungkin diberikan jika keberadaan perangkat memang diperlukan, misalnya untuk kegiatan tertentu. Dengan demikian, aturan tetap fleksibel dalam konteks kebutuhan pendidikan.

Bagi banyak pihak, kebijakan ini dianggap sebagai langkah maju untuk memastikan bahwa teknologi tidak mendominasi kehidupan siswa secara berlebihan. Penguatan regulasi ini diharapkan memberikan batasan yang jelas antara pemanfaatan teknologi sebagai alat belajar dan penyalahgunaannya sebagai distraksi.

Terkini